9:40 AM
kisah
Badai Pasti Berlalu
Dikisahkan sepasang kekasih yang tinggal di sebuah desa yang indah dan permai hidup rukun menjalin benang-benang cinta. Kian hari bunga cinta mereka kian mekar nan indah mewangi. Mereka berdua berjanji akan seia sekata dalam suka dan duka, setia sampai mati… Bahkan sang gadis meminta sang pemuda untuk tidak menikah dengan wanita melainkan dirinya seorang.
Masa-masa indah itu mereka lalui dengan berbunga rindu. Ya, masa-masa itu penuh dengan kasih dan sayang, hidup mereka laksana di alam mimpi, tanpa beban dan penuh keluguan. Maklum saja, mereka saat itu masih duduk di bangku SMU, saat-saat di mana jiwa mereka bergelora dimabuk asmara, belum kenyang makan asam garam kehidupan. Tidak bertemu sehari terasa seminggu, tak jumpa seminggu serasa sebulan, rindu sebulan seakan setahun, dan seterusnya. Pendek kata dunia seakan milik mereka berdua…
Pada suatu hari setelah sang pemuda lulus SMU, dihadapkanlah ia pada pilihan yang sulit. Ia harus meninggalkan kampung halamannya dan tentunya juga kekasih yang amat ia cintai untuk mewujudkan cita-citanya. Maka dengan berat hati, sang pemuda pun pergi diiringi isak tangis sang gadis. Ia pegang janji setia kekasihnya dengan penuh keyakinan bahwa kelak pasti mereka akan bertemu kembali menyatukan cinta mereka. "Aku pergi hanya untuk sementara. Aku akan kembali hanya untukmu. Tunggu aku pulang dan setialah padaku."
Demikianlah pesan sang pemuda pada kekasihnya. Sang gadis hanya mengangguk dengan linangan air mata membasahi pipi.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun-tahun berlalu pergi. Sang pemuda
menjalani hari-harinya di perantauan dengan memendam rindu. Cintanya ia jaga dan terus ia pelihara hanya untuk kekasih hatinya. Ada hari-hari di mana ia ingin sekali pulang dan bertemu dengan kekasihnya. Namun apa daya, gunung, laut dan samudera memisahkan mereka. Akhirnya ia hanya bisa memendam rindunya dalam-dalam sambil berharap waktu berlalu lebih cepat lagi.
Setelah sekian tahun menunggu dan memendam bara rindu, akhirnya saat yang ditunggu datang juga. Sang pemuda pulang ke kampung halamannya membawa selaksa rindu pada keluarga dan terutama kekasihnya. Ia kemasi barang bawaannya dengan bernyanyi riang dan kemudian naik pesawat dengan senyum selalu menghiasi wajahnya. Terbayang betapa bahagianya ia akan bertemu kekasihnya yang telah terpisah sekian lama oleh jarak dan waktu. Terbayang betapa rindunya selama ini akan segera terobati. Ibarat sebuah taman yang kekeringan, bunga-bunga di hatinya akan segera tersirami dan bermekaran.
Tibalah ia di kampung halamannya disambut peluk cium dari keluarganya dengan penuh suka cita. Namun ada yang aneh, ia sama sekali tak melihat sosok gadis yang sangat ia rindukan ada menyambutnya. Dengan penasaran ia mencari-cari, tapi sosok yang dicarinya tak kunjung nampak. Akhirnya, dengan sedikit kecewa ia bertanya pada keluarganya namun keluarganya tidak segera menjawab dan hanya menyuruhnya untuk istirahat terlebih dahulu.
Setelah beberapa hari mencari tahu ihwal kekasihnya, maka terkejutlah ia bukan kepalang. Ternyata kekasihnya telah pindah ke lain hati, telah bersama pemuda lain. Sang gadis telah mengkhianati cinta dan janjinya. Kini, pupus sudah segala rindu, cinta dan sejuta perasaan yang selama ini ia pendam. Musnahlah sudah semua mimpinya…
Tak kuasa menahan luka dan pedih di hatinya, air mata sang pemuda menetes membasahi pipi dengan pandangan mata yang sayu.
Dan lebih menyakitkan lagi ketika ia berjumpa dengan sang gadis, ia bersikap seakan tidak mengenal sang pemuda sama sekali. Sikapnya begitu angkuh, congkak dan sombong, berubah 180 ° dari sosok yang dahulu ia kenal sangat lembut, perhatian dan sangat sayang padanya. Hampir-hampir sang pemuda tidak percaya dengan kenyataan yang ada di hadapannya. Tak percaya…, tapi itulah kenyataannya.
Sepedih apa pun perasaannya, itulah yang harus ia terima sebagai realitas hidupnya. Tiada yang terlukis di hatinya saat itu selain kepedihan luka selaksa sayatan sembilu.
Hari-hari berlalu, kenyataan pahit itu bak mimpi buruk yang menghantui dalam tidurnya.
Sulit rasanya menerima kenyataan yang bertolak belakang dengan apa yang diinginkan. Sulit sekali rasanya harus mencabut cinta yang telah berurat dan berakar sangat dalam. Muka ditampar mungkin sehari akan sembuh, tapi hati dilukai siapa yang akan mengobati. Kenangan indah masa lalu bagai mimpi, hanya sekejap singgah lalu pergi…
Love is blind , begitu kata pepatah. Mungkin karena cinta bisa membutakan mata hati dari akal yang sehat. Demikian juga karena putus cinta, seseorang bisa bunuh diri karena akal sehatnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena terhalang emosi yang membabi buta. Rasa marah, kecewa, takut, sedih, frustasi, merana bergabung jadi satu.
Akhirnya pikiran merasa overload atau kelebihan beban dari kapasitas yang seharusnya. Jadi stes dech…
Nah sahabat, bukan sebuah keputusasaan perasaan yang hendak saya kemukakan. Tapi segera setelah kenyataan pahit yang dialami sang pemuda, seiring berjalannya waktu, ia bertanya pada hati kecilnya, ia (baca: emosinya) berdebat dengan akal sehatnya tentang apa yang benar yang harus dilakukan dan tentang hal bodoh yang harus ia tinggalkan. Ia berjuang mati-matian melawan dirinya sendiri, ia memulai pencarian diri, mencari hakikat hidup yang sebenarnya…
Banyak remaja atau muda-mudi yang terjebak dalam perasaan yang salah dalam menghadapi situasi yang populer dengan sebutan " broken heart" ini, yang kalau dibiarkan akan berakibat mengerikan dan berkubang dalam kesedihan berlarut-larut atau pelampiasan emosi yang menghancurkan masa depan. Seperti lari pada minuman keras, narkotika, pergaulan bebas, dan lain sebagainya.
Akhirnya fenomena ini menjadi seperti lingkaran setan. Padahal tidak ada yang kekal di dunia ini. Apa pun yang namanya kesedihan, kekalahan, keputusasaan, perasaan hancur, dan keadaan buruk yang tidak kita sukai sejenis itu hanyalah sementara. Sebagaimana kata orang bijak, "Badai Pasti Berlalu."
Maka sahabat, jangan ada kata patah hati, jangan ada kata putus asa! Yang ada hanyalah belajar dan terus belajar dari kehidupan, guna meraih sukses sejati, sukses dunia-akhirat!
Semoga bermanfaat…
0 Response to "Badai Pasti Berlalu"
Post a Comment